Wednesday, July 25, 2012

Law of detachment


Dia bercerita panjang, saya mendengar. terkadang, kita perlu juga mendengar cerita manusia, orang yang hebat akan memanipulasi pengalaman orang lain untuk di jadikan teladan. dan, saya masih mengkategorikan diri sendiri, saya bukanlah pendengar yang baik.

saya paling suka ayat ini, cerita tentang law of detachment.

“if you hold back on the emotions, if you don’t allow yourself to go all the way through them, you will never get to being detached, you’re too busy being afraid. You’re afraid of pain, you’re afraid of the grief, you’re afraid of the vulnerability that loving entails.

“but, by throwing yourself into these emotions, by allowing yourself to dive in, all the way, over your head even, you experience them fully and completely. you know what pain is. you know what love is. you know what grief is. and only you can say,

“All right, i have experienced that emotion, I recognize that emotion. Now I need to detach from that emotion for a moment.,”.

dan, saya sedang mencabar diri untuk sesuatu yang susah bagi saya (mungkin senang bagi sesetengah orang) dalam bulan Ramadhan ini dan semoga saya selamat untuk bernafas dengan baik, degupan jantung berjalan stabil seperti biasa dalam kelas Marketing. saya mungkin Melayu yang seorang sahaja dalam kelas tutorial, saya tidak pasti jika ada jenis fobia takut di tengah-tengah orang ramai.

saya tak perlu bercerita panjang, tapi ceritanya yang sungguh sedih membawa saya berpijak pada realiti. 192 muka surat, dia bercerita, dan saya membaca dan mendengar. dan mungkin sayalah orang yang paling lambat membaca kisahnya, apapun, better late than never kan?

dan saya bertanya pada diri,

agak-agak berapa kali saya obey pada law of detachment tu?

mungkin 30% sahaja. selebihnya, saya suka membela perasaan takut saya yang entah apa-apa.
dan anda?

***

lagi, saya mendengar lagi dia bercerita.

saya rasa dia seperti sahabat baik saya.

saya mungkin terlambat mengenalinya.

tapi, ayatnya banyak membuatkan mata saya membulat dan segera memuhasabah diri.


192 muka surat, mendengar cerita sedih Mitch Albom, saya dengan muka tak malu meminta dari cik mar,

“kak mar, epi pinjam buku Tuesdays with Morrie eh? bosan-bosan duduk dekat airport. hee,”.

“dop abis-abis lagi baca. ngulang ngaji berapa kali tuu? amek ah,”.


p/s : saya rasa Ahmad Muadz pandai sekali buat hati saya meruntun dan mata merah menahan esak di dada, melihat dia yang comel tersengih dan melambai tangan ‘bubbyee’ pada saya pada hari terakhir di Kota Samarahan. ini sudah kali ketiga saya kalah menahan emosi. mana law of detachment saya? hilang barangkali bila menjadi ‘umma’ mengganti umi Mar bekerja selama 18 hari. aduhai hati, sensitip benorr!


dan sesuatu yang saya perasan, saya masih tidak mengubah cara penulisan dulu. saya tidak reti mengubah untuk sesiapa. duh...!

masih belum terlambat,

Ramadhan Kareem!

No comments: