Dia bercerita
panjang, saya mendengar. terkadang, kita perlu juga mendengar cerita manusia, orang
yang hebat akan memanipulasi pengalaman orang lain untuk di jadikan teladan.
dan, saya masih mengkategorikan diri sendiri, saya bukanlah pendengar yang baik.
saya paling suka ayat
ini, cerita tentang law of detachment.
“if you hold back on
the emotions, if you don’t allow yourself to go all the way through them, you
will never get to being detached, you’re too busy being afraid. You’re afraid
of pain, you’re afraid of the grief, you’re afraid of the vulnerability that
loving entails.
“but, by throwing
yourself into these emotions, by allowing yourself to dive in, all the way,
over your head even, you experience them fully and completely. you know what
pain is. you know what love is. you know what grief is. and only you can say,
“All right, i have
experienced that emotion, I recognize that emotion. Now I need to detach from
that emotion for a moment.,”.
dan, saya sedang
mencabar diri untuk sesuatu yang susah bagi saya (mungkin senang bagi
sesetengah orang) dalam bulan Ramadhan ini dan semoga saya selamat untuk
bernafas dengan baik, degupan jantung berjalan stabil seperti biasa dalam kelas
Marketing. saya mungkin Melayu yang seorang sahaja dalam kelas tutorial, saya
tidak pasti jika ada jenis fobia takut di tengah-tengah orang ramai.
saya tak perlu
bercerita panjang, tapi ceritanya yang sungguh sedih membawa saya berpijak pada
realiti. 192 muka surat, dia bercerita, dan saya membaca dan mendengar. dan
mungkin sayalah orang yang paling lambat membaca kisahnya, apapun, better late
than never kan?
dan saya bertanya
pada diri,
agak-agak berapa kali
saya obey pada law of detachment tu?
mungkin 30% sahaja.
selebihnya, saya suka membela perasaan takut saya yang entah apa-apa.
dan anda?
***
lagi, saya mendengar
lagi dia bercerita.
saya rasa dia seperti
sahabat baik saya.
saya mungkin
terlambat mengenalinya.
tapi, ayatnya banyak
membuatkan mata saya membulat dan segera memuhasabah diri.
192 muka surat,
mendengar cerita sedih Mitch Albom, saya dengan muka tak malu meminta dari cik
mar,
“kak mar, epi pinjam
buku Tuesdays with Morrie eh? bosan-bosan duduk dekat airport. hee,”.
“dop abis-abis lagi
baca. ngulang ngaji berapa kali tuu? amek ah,”.
p/s : saya rasa Ahmad
Muadz pandai sekali buat hati saya meruntun dan mata merah menahan esak di
dada, melihat dia yang comel tersengih dan melambai tangan ‘bubbyee’ pada saya
pada hari terakhir di Kota Samarahan. ini sudah kali ketiga saya kalah
menahan emosi. mana law of detachment saya? hilang barangkali bila menjadi ‘umma’
mengganti umi Mar bekerja selama 18 hari. aduhai hati, sensitip benorr!
dan sesuatu yang saya
perasan, saya masih tidak mengubah cara penulisan dulu. saya tidak reti
mengubah untuk sesiapa. duh...!
masih belum terlambat,
Ramadhan Kareem!
No comments:
Post a Comment